Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Nagari Sumpur Merajut Harapan Sebagai Tujuan Wisata Budaya Dunia

Sudah siang kami (saya dan beberapa orang teman) sampai di Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Meskipun langit Sumpur tidak terlalu cerah ketika memasuki Nagari Sumpur, tapi tidak mengurangi hasrat kami untuk segera sampai di rumah gadang di Jorong Nagari, Nagari Sumpur yang populer sejak beberapa waktu belakangan.

Setiba di area rumah gadang yang terletak diketinggian itu, tampak rumah gadang Siti Fatimah yang masih baru, berdinding papan, bertonggak kayu dan beranjuang yang berukir. Dihadapan rumah gadang Siti Fatimah berdiri megah pula sebuah rumah gadang milik keluarga Etek Nuraini, keduanya adalah rumah gadang yang berhasil dibangun kembali pasca kebakaran 5 rumah gadang di areal tersebut tahun 2013 yang lalu. Sejajar dengan rumah gadang Siti Fatimah terdapat sebuah rumah gadang sembilan ruang dan beranjuang yang sudah berusia lebih dari 100 tahun.



Rumah gadang Siti Fatimah dan Etek Nuraini ramai dibicarakan, terutama dikarenakan rumah gadang tersebut dibangun kembali oleh keluarga pemiliknya sebagaimana aslinya sebelum terbakar. Kedua rumah gadang itu dibangun bukan sekedar model, tetapi dengan detail arsitektur tradisional rumah gadang, termasuk material bangunan yang digunakan. Bahkan pembangunan rumah gadang itu melalui proses panjang dan pembangunannya dilakukan melalui rapat adat serta prosesi adat dalam mendirikannya.

Rumah Gadang Siti Fatimah lebih besar dari rumah gadang  gadang Etek Nuraini . Selain itu rumah gadang Siti Fatimah merupakan rumah gadang beranjuang, sedangkan rumah gadang Etek Nuraini dengan model gajah maharam. Sama halnya dengan rumah gadang Etek Nuraini, pembangunan rumah gadang Siti Fatimah diawali rapat adat, kemudian dilanjutkan memilih dan menebang, maelo (membawa) kayu dari rimbo (hutan), mencacah tonggak, menegakkan tonggak, hingga pidato adat. Setelah rumah gadang selesai dibangun, dilanjutkan lagi dengan prosesi adat yakni naik rumah gadang.

Dr. Eko Alvarez, Kepala Pusat Studi Konservasi Universitas Bung Hatta (Pusaka UBH), yang sejak semula mengawal pembangunan kembali kedua rumah gadang Sumpur itu, dalam berbagai kesempatan mengungkapkan keberhasilan konservasi rumah gadang di Nagari Sumpur itu, selain tumbuh kembali semangat partisipatif, dengan diperkuat riset yang mendalam, konservasi telah memberikan pengetahuan kepada semua pihak yang terlibat mengenai proses pembangunan rumah gadang.

Menuju Tujuan Wisata Budaya Dunia.

Jika muncul pemikiran untuk menjadikan Nagari Sumpur sebagai Warisan Budaya yang Berpotensi Menjadi Tujuan Wisata Budaya Dunia agaknya tidaklah berlebihan. Seperti dituturkan Kamrita ketua Forum Kampuang Minang Nagari Sumpur, di Nagari Sumpur dulunya ada lebih dari 250 rumah gadang di Nagari Sumpur dan saat ini hanya tinggal sekitar 68 unit. Dari 68 rumah gadang yang ada 38 diantaranya masih dalam kondisi baik. Termasuk rumah gadang milik Ibu Kamrita yang berdiri sejajar dengan rumah gadang Siti Fatimah.
Rumah gadang sembilan ruang berusia lebih seratus tahun di Nagari Sumpur milik Kamrita

Jumlah rumah gadang di Nagari Sumpur itu kembali berkurang, dimana pada hari kami berkunjung ke Nagari Sumpur, sekitar jam 2 siang terjadi lagi kebakaran sebuah rumah gadang yang masih baik kondisinya. Kami sempat menyaksikan bagaimana sijago merah meludeskan rumah gadang warisan budaya itu dalam tempo kurang dari satu jam. Peristiwa kebakaran rumah gadang yang sudah berusia ratusan tahun itu tentu amat memprihatinkan kita, terutama musibah itu terjadi ketika upaya konservasi rumah gadang di Nagari Sumpur sedang diupayakan.

Terlepas dari Nagari Sumpur kehilangan lagi satu rumah gadang pada Selasa siang 31 Agustus 2016 itu, pemikiran menjadikan Sumpur sebagai daerah tujuan wisata budaya dunia sangatlah mungkin diwujudkan. Selain terdapat sejumlah rumah gadang sudah berusia ratusan tahun, alam Nagari Sumpur sangatlah indah. Terletak ditepi Danau Singkarak dengan sejumlah daya tarik wisata lain seperti situs peninggalan masa lalu,seni tradisi, keindahan danau singkarak, kuliner khas Sumpur, agrowisata menjadi daya dorong untuk mewujudkan Sumpur sebagai tujuan wisata budaya dunia.

Menginap di rumah gadang.

Sebagai langkah awal dari harapan menjadikan Nagari Sumpur sebagai daerah tujuan wisata budaya dunia, saat ini wisatawan yang datang ke Sumpur tak hanya sebatas melihat-lihat rumah gadang atau menikmati keindahan danaj Singkarak, tetapi wisatawan bisa merasakan tinggal dan menginap di rumah gadang. Rumah gadang milik Kamrita, rumah gadang Siti Fatimah dan etek Nuraini sejak beberapa waktu belakangan sudah dimanaafkan bagi wisatawan yang ingin merasakan bermalam dan tinggal dirumah gadang.

Ibu Kamrita menuturkan kepada kami, sejumlah wisatawan domestik dan mancanegara telah berkunjung ke Nagari sumpur dan menginap di rumah gadang miliknya, rumah gadang Siti Fatimah dan rumah gadang Etek Nuraini.

Selama bermalam dan tinggal dirumah gadang, wisatawan akan disuguhi layaknya suasana tinggal di rumah gadang. Di samping itu wisatawan bisa melakukan berbagai kegiatan seperti berdiskusi, bermusyawarah atau,menjalin silaturahmi diatas rumah gadang. Pada malam hari, wisatawan yang berminat pada seni tradisi jaga tersedia kesenian randai,tari dan silat tradisional Sumpur dari anak nagari Sumpur sendiri. Siang harinya wisatawan dapat menghabiskan waktunya mengunjungi objek wisata diseputar danau atau melakukan kegiatan wisata alam.

Jadi jika anda ingin merasakan tinggal dan bermalam di rumah gadang, sekaligus menikmati wisata alam dan tradisi, Nagari Sumpur adalah pilihan yang tepat. (catatan perjalanan:Boy Yendra Tamin)

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar