Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Tahukah Anda Nilai Ijazah Bukan Penentu Dapat Pekerjaan

Apakah yang menentukan kita mudah dapat pekerjaan ? Sering kita dengar seseorang yang memiliki hasil prestasi belajar yang bagus tetapi selalu gagal meraih kesempatan kerja, terutama di perusahaan-perusahaan besar dan dalam rekrutmen sumber daya manusia. sebagian orang tercengang ketika mendengar seseorang lulus dan diterima sebagai karyawan suatu perusahaan, padahal prestasi belajarnya biasa-biasa saja. Mengapa bisa demikian ? Apakah hal itu suatu penegasan bahwa nilai prestasi belajar yang tinggi bukan jaminan bagi seseorang untuk bisa masuk dunia kerja ? Meskipun demikian tidak berarti prestasi belajar tidak penting.  Artinya prestasi belajar saat ini bukan satu-satunya yang menjadi pertimbangan, apakah seseorang bisa diterima dalam suatu lingkungan pekerjaan , terutama lingkungan pekerjaan yang sangat menaruh perhatian terhadap sumber daya manusia.

Suatu hasil survey yang dihajat situs CarreBuilder yang diangkat republika.co.id (21/9/ 2011) menyebutkan bahwa  71 persen manajer SDM menyatakan menempatkan kecerdasan emosional dan sikap -- termasuk pada bagaimana ia mengendalikan emosi dan menjalin pertemanan --  ketimbang pada IQ semata. seseorang dengan EQ (kecerdasan emosi) tinggi dianggap lebih mampu mengendalikan diri dan mampu bekerja di bawah tekanan ketimbang mereka yang hanya mengandalkan IQ tinggi, Kata Rosemary Haefner, vice president SDM di CareerBuilder, kompetensi teknik dan kecerdasan penting bagi setiap pekerja, namun kecakapan interpersonal lebih penting lagi. Dikemukakan pula, bahwa dalam kondisi ekonomi sulit, bos ingin orang yang bekerja dengannya bisa membuat keputusan secara efektif dalam situasi penuh tekanan.


Banyak literatur yang membahas dan membincangkan prihal kecerdasan emosional dan biasanya disandingkan dengan soal-soal kecerdasan intelektual (IQ). Tetapi pada intinya kecerdasan emosional (EQ= emotional quotient) dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hubungan ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sementara itu menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.

Mencermati apa yang disebut dengan kecerdasan emosional (EQ) itu dengan segala potensinya, maka wajar kemudian perusahaan-perusahaan besar dan bonafit di dalam melakukan rekrutmen sumber daya manusia cenderung menggabungkan kedua potensi EQ dan IQ dalam menentukan pilihannya terhadap calon-calon karyawan yang akan diajak bergabung dalam perusahaan mereka.  Dalam dunia pendidikan Indonesia  kecenderungannya lebih dominan mengedepankan indeks prestasi dan masih minim mengkombinasikan model pendidikan yang menggabungkan kedua bentuk potensi dari peserta didik.

Terkait dengan soal kecerdersan emosional yang mulai dijadikan pertimbangan dalam rekrutmen SDM itu, maka selain memiliki indeks prestasi belajar (kecerdasan intelektual) seseorang perlu meningkatkan kecerdesan emosionalnya. Dalam konteks ini, CareerBuilder sebagaimana ditulis republika.co id memberikan bocoran bagaimana mengupgrade kecerdasan emosional;

Biasanya, calon bos akan memasukkan materi diskusi kelompok saat rekrutmen pekerja. Dari sini, emosi calon pekerja diukur. Untuk membantu meminimalisasi reaksi negatif, "Penting bagi Anda mengenali pemicu stress ketika tekanan datang," kata  Patricia Thompson PhD, konsultan manajemen pada Sperduto & Associates Inc, sebuah firma psikolog papan atas di Atlanta. Sikap tubuh juga harus tetap dijaga. Thompson menyarankan untuk keluar dari kondisi itu dengan: tarik nafas panjang, kemudian hitung sampai 10, dan tenanglah.

"Agar kecerdasan emosi terasah, Anda harus self-aware, dengan memahani betul apa kekurangan dan kelemahan Anda," kata Thompson. Ia menyarankan untuk membuat lima kelebihan dan kekurangan utama Anda, kemudian gunakan dua hal yang berlawanan itu untuk saling melengkapi. Pilih dua atau tiga kelemahan Anda, dan carilah cara untuk mengatasinya.

Berdasar survei CareerBuilder, ketajaman emosi juga diukur dari bagaimana ia mampu mendengar. Thompson memberi jalan keluar untuk meningkatkan kemampuan mendengar. "Gunakan dua tingkat cara: pertama dengarkan untuk memahami konten pembicaraan, jangan menyela atau memberi penilaian terhadap apa yang diomongkan sampai dia selesai bicara. Kedua, dengarkan untuk memahami kondisi emosinya saat dia menceritakan," katanya. Kemampuan mendengar sangat penting, katanya, untuk membangun hubungan dalam satu tim secara lebih baik dan mengurangi konflik.

Beberapa hal terkait untuk meng-upgrade kecerdasan emosional tentu berharga bagi mereka yang memiliki indeks prestasi belajar yang bagus untuk  namun perlu disertai dengan kecerdasan emosional. Bahkan lebih jauh selain soal kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional akan lebih baik diikuti pula dengan kecerdasan spiritual.  Namun untuk menghadapi tantangan dunia kerja, dimana perusahaan cenderung mempertimbangkan aspek kecerdasan emosional disamping indeks prestasi belajar, maka hal itu menjadi bagian dari sesuatu yang harus dipersiapkan seorang pencari kerja. (***) diolah dari :republika.co.id

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar