Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Buku Antologi Puisi Sang Peneroka Yanie Wuryandari

Catatan Drs Dasril Ahmad

Akhirnya buku antologi puisi “Sang Peneroka” (Gambang, Yogyakarta, November 2014 : XVI + 487 halaman) kiriman penyair Yanie Wuryandari (Jakarta) selamat saya terima siang tadi, Jumat (12/12/2014). Kepada mbak Yanie Wuryandari yang telah berkenan mengirimkan buku itu, saya menyampaikan banyak terima kasih.

Menurut saya, buku “Antologi 106 Penyair Indonesia dan Ulasan Terhadap Karya-Karya Kurniawan Junaedhie” ini merupakan buku antologi puisi penting yang terbit di akhir tahun 2014 ini. Betapa tidak, buku ini memperlihatkan bahwa kreativitas penulisan puisi di Indonesia meningkat tajam dibandingkan dengan kreativitas penulisan fiksi (cerpen, novel, dan naskah drama). Apalagi sebelumnya tak terbilang lagi banyaknya buku puisi yang terbit, memunculkan nama-nama baru menambah panjang deretan penyair Indonesia, yang pada saatnya pula untuk dicatat dan diperhitungkan dalam dinamika kreativitas kepenyairan di Indonesia dewasa ini.

Namun yang lebih menarik lagi adalah, buku ini tidak hanya memuat ratusan puisi, tetapi juga dilengkapi dengan sekapur sirih dari Dr. Esti Ismawati (kurator), kata pengantar oleh Adri Darmadji Woko, dan berturut-turut ulasan ditulis oleh Adek Alwi, Esti Ismawati, Soni Farid Maulana dan Handrawan Nadesul. Di samping itu, ratusan puisi di dalam buku ini tentu saja menyuguhkan beragam makna kehidupan yang patut kita simak, karena berguna dan bermanfaat. Sebuah di antaranya adalah puisi indah “Ingatkan Aku” karya Yanie Wuryandari (hal. 405) berikut.

INGATKAN AKU

/Yanie Wuryandari

ingatkah aku pada

sebuah aksara yang

mampu menuntunku pada

paragraf sebuah buku yang

pernah kita baca bersama di

suatu malam ketika

bulan menabur-naburkan

mantra bintang-bintang menabuh

genderang pelan-pelan

ingatkan aku pada

sebuah tanda baca yang

mampu melukis warna-warni ilustrasi yang

sempat menghanyutkan ribuan

kata-kata ke sungai deras menuju

laut lepas di malam yang

menyimpan alenia-alenia memabukkan sementara

paragraf demi paragraf melahapnya dengan

cepat

ingatkan aku pada sebuah koma yang

membuat matamu luka hingga

sebuah titik tiba-tiba hadir dan

buku yang kita baca menabrak lembaran

terakhir

Kelapa gading, 12 Juni 2014

* Dasril Ahmad tinggal di Padang

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar