Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Kampung Penyu, ide kecil yang menjadi kenyataan

Oleh. Harfiandri Damanhuri

Siang yang terik dibelai hembusan angin laut yang sepoi, dibawah rindangnya pepohonan cemara, pada pantai yang berpasir putih kehitaman yang berdesir, di sebuah Perkampungan Penyu, Korong Gasan Kaciek, Nagari Tiku Selatan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dikunjungi oleh 10 orang tamu asing dari Negara New Zealand tadi siang (07 Feb 2017).

Aktifitas utama masyarakat disekitar kawasan ini adalah nelayan tradisional bersampan dayung atau bermesin robin dengan alat tangkap jaring insang (gillnet). Dulu kawasan yang sepi dan kumuh, kini mulai menggeliat tumbuh menjadi sebuah destinasi baru Wisata Kampuang Penyu yang digagas oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Agam sejak 2014.

Melalui koordinasi antar dinas dan Forum Koordinasi Pelestarian Penyu (FKKP) Sumatera Barat, pada 2015 lalu mulai dilakukan pelatihan yang diinisiasi oleh DKP Kab.Agam dengan pendanaan DKP Provinsi Sumatera Barat dengan mengundang stakeholders, nara sumber dan instruktur dari UPT Konservasi Penyu Kota Pariaman yang bertempat disalah satu diruang pertemuan TPI Tiku, Agam.
Setelah mendapatkan materi tentang kebijakan nasional dan daerah tentang konservasi penyu yang disampaikan oleh Kabid Konservasi DKP Prov. Sumatera Barat, Kedis DKP Kab. Agam Ermanto, S.Pi, M.Si, serta nara sumber dari Pusat Data dan Informasi Penyu Indonesia, UBH.


Selesai kegiatan dalam ruangan dilanjutkan praktikal ke lapangan yang berlokasi di Korong Gasan Kaciak, Nagari Tiku Selatan, Kab. Agam. Peserta praktikal adalah masyarakat yang terlibat langsung dengan kegiatan eksploitasi talur penyu (katuang) selama ini, yang dikenal dengan nama dan gala “Buyuang Katuang”, dan peserta lainnya. Pak Buyuang Katuang, tidak mau ketinggalan mengikuti praktikal, ia serius memperhatikan dan bertanya.

Instruktur yang melatih didatangkan dari kota tetangga, UPT Konservasi Penyu, DKP Kota Pariaman. Instrukturnya Ryan dan Iwan yang didampingi oleh penulis. Adapun tahapan praktikal dilapangan, pertama yang dilakukan adalah mengamankan telur yang didapat, lalu dilanjutkan dengan menggali sarang telur, sedalam 60 cm. Selanjutnya telur ditanam dalam sarang dan tempatkan secara pelan-pelan ke dalam sarang, lalu ditutup dengan pasir bekas galian sarang.

Lokasi sarang telur bagian atasnya dilingkari pula dengan waring yang telah dipasang pada bingkai kayu segi empat. Bingkai ditempatkan dengan posisi sarang telur ditengah-tengah. Lalu dibuat waring pengaman kawasan lokasi inkubasi berukuran 4 m x 6 m.

Pada setiap lokasi sarang inkubasi telur penyu dituliskan informasi terkait jenis penyu, tanggal diinkubasi, jumlah telur yang diingkubasi, asal telur dan prediksi tanggal telur menetas yang diikatkan dengan kabel T pada setiap waring, pada setiap lokasi dimana telur diinkubasi.

Tujaun akhir dari kegiatan pelatihan ini diharapkan masyarakat berpartisipasi secara swadaya, swadana, swakarya terlibat mencari dan menyelamatkan telur-telur penyu di pantai maupun dipulau dengan cara merelokasi dan mengingkubasi kembali telur tersebut di Kampuang Penyu.

Segala kebutuhan untuk pertama kali kegiatan tersebut difasilitasi oleh DKP Propinsi dan DKP Agam. Setelah ujicoba inkubasi secara buatan berhasil, maka masyarakat diharapkan nantinya perpartisipasi aktif menyelamatkan telur-telur penyu.

Tidak terasa hampir dua bulan setelah pelatihan dan uji coba penetasan, maka pada hari ke 60 dan selanjutnya (plus minus). Telur-telur penyu yang diinkubasi tersebut, satu-satu dari sarang mulai menunjukan tanda-tanda kepala tukik yang baru menetas muncul dan bergerak dalam pasir. Mulai merangkak naik kepermukaan pasir yang sudah di dipagar dengan waring secara pelan-pelan. Sehingga tukik-tukik yang telah menetas tersebut, apabila naik kepermukaan tidak akan keluar jauh dari lokasi sarang penetasan. Sedangkan untuk kegiatan pelepas tukik penyu ke alam oleh masyarakat, selalu mengikutsertakan PPL DKP Kab.Agam yang setia berkoordinasi dalam mendukung kegiatan konservasi penyu di Kampuang Penyu.

Kampuang Penyu Gasan Kaciek yang memiliki luas kawasan seluas lk 1 hektar ini, awalnya adalah sebuah ide dan gagasan yang menjadi kenyataan dalam upaya menyelamatkan dan mengkonservasi penyu. Diharapkan kawasan Kampuang Penyu juga berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat disekitar kawasan, semoga. Salam Konservasi (hd-bgr.07022017).

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar