Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Manokak Ladang di Alahan Panjang

Catatan: Nidra Welnareli

Alahan Panjang kota/daerah dingin tanpa salju. Itulah julukan yang sering diberikan orang, terutama anak muda Alahan Panjang. Bagi saya nama Alahan Panjang tidaklah asing karena merupakan tempat dimana saya berasal. Tapi bagi yang belum tahu, Alahan Panjang adalah pusat pemerintahan Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Jarak kota Padang-Alahan Panjang sekitar 65 km di jalan lintas Padang-Muaro Labuh dan berada pada ketinggian 1400-1600 mdpl yang membuat daerah ini sangat dingin.

Alahan Panjang alamnya yang elok dan dengan pesona Tugu Lobak di tengah-tengah pasar Alahan Panjang menandakan bahwa Alahan Panjang merupakan daerah penghasil sayur-sayuran berupa kol, tomat, kentang, cabe, bawang merah dan masih banyak yang lainnya. Mayoritas penduduk Alahan Panjang adalah petani, meski ada juga yang sebagai pegawai namun tidak seberapa.

Di Alahan Panjang salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh orang ketika bertani adalah mengolah lahan pertanian sebelum ditanami tanaman yang akan ditanam. pertanyaannya, bagaimana cara petani Alahan Panjang mengolah lahan pertaniannya  sebelum ditanami ? Ya, orang Alahan Panjang menyebutnya dengan “Manokak”.

“Manokak” yang biasanya disebut mencangkul oleh orang-orang kota. Petani-petani Alahan Panjang akan melakukan pekerjaan “Manokak” setiap kali akan menanam tanaman yang baru dengan tujuan menggemburkan tanah agar tanamannya tumbuh subur. Biasanya petani yang mempunyai lahan yang luas dan banyak untuk bertani yang tidak sanggup mengerjakan pekerjaan “Manokak” sendiri mereka akan mencari atau membawa beberapa orang pekerja untuk “Manokak” di lahan pertanian milik si petani tersebut dengan sistim kerja harian atau borongan.

Pekerjanya tidak hanya bapak-bapak tetapi juga ada pemuda-pemuda yang tidak bersekolah lagi. Gaji yang diberikan oleh petani tersebut tergantung dengan sistem kerja yang disepakati antara petani dan pekerja itu. Dan gaji akan diberikan setiap hari Sabtu. Jika sistem kerjanya harian maka gaji tersebut berkisar antara 50-60 ribu rupiah per hari. Sementara sistem kerja borongan gajinya tergantung pada luas lahan dan cepat waktu pengerjaannya. Melihat luas rata-rata lahan di Alahan Panjang gajinya berkisar 150-250 Ribu per borongan.

“Manokak” sudah menjadi pekerjaan harian bagi orang-orang Alahan Panjang dan bisa dibilang termasuk mata pencaharian untuk penduduk disana , terutama mereka yang tidak sibuk mengurusi lahannya sendiri. Tidak cuman pegawai yang punya jam kerja, “Manokak” juga punya jam kerja. Antara sistem kerja harian dan borongan itu waktunya berbeda. Untuk sistem kerja harian jam kerjanya 07.30 Wib keluar 15.00 Wib. Sementara untuk jam kerja sistem borongan itu suka-suka pekerja borongan dan keluarnya pun suka-suka pekerja borongan, tapi biasanya mereka juga masuk pukul 07.30 Wib keluar pukul 17.00 Wib.

Kira-kira berapa hari habis waktu untuk “Manokak” ? Jawabannya, tergantung dari luas lahannya dan keadaan tanahnya yang susah dan mudah untuk “ditokak”. Uniknya diluar upah, untuk makanan dan rokok para para pekerja “namokak” harian ditanggung oleh petani yang mempekerjakan mereka, namun bagi pekerja borongan masalah makan dan rokok itu tanggungan mereka sendiri.

Itulah pekerjaan harian yang dilakukan oleh petani Alahan Panjang sebelum menanam tanaman yang baru dan sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan bertani di Alahan Panjang. (Kiriman : Nidra Welnareli/dh-1 ed)

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar