Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Museum Sebagai Pusat Pembelajaran

Oleh. Harfiandri Damanhuri

Dosen Univesitas Bung Hatta

Mengunjungi musuem adalah aktifitas yang paling saya sukai. Mulai dari mengunjungi Museum Budaya Jogya, Museum Timah Belitung, Museum Keramik Natuna, Museum Budaya Kerinci Jambi, Museum Gajah Jakarta, Museum Borobudur, Museum Nasional Terengganu Malaysia, Museum Bahari/Laut Singapura, Museum Malaka Malaysia, Museum Adinogoro Sawahlunto, Museum Kereta Api Sawahlunto, Museum Gudang Ransum Sawahlunto, Museum Stunami Aceh, Istana Maimun Melayu Deli Medan, Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukit Tinggi, Rumah Kelahiran Mahatir Muhammad di Kedah Malaysia, Rumah Adat Budaya Belitung, Istana Siak Indera Giri Riau, Museum Rumah Pengasingan Soekarno Bengkulu, Rumah Kelahiran Ibu Fatmawati di Bengkulu, Rumah Adat Mayang Mangurai Telanai Pura Jambi, Rumah Adat Melayu Pulau Penyengat, Museum Kata Andrea Hirata Belitung dan terbaru tadi siang mengunjungi Museum Adityawarman, Sumatera Barat.

Dari kunjungan ke banyak museum tersebut, ternyata museum adalah pusat ilmu pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran.

Gerakan berkunjung ke museum, belumlah menjadi tujuan utama generasi now kita saat ini. Masyarakat kita lebih banyak berkunjung dan mengunjungi kawasan atau ke suatu tempat, gedung, area yang lebih banyak melatih mata, melatih gerakan otot sederhana, menggugah selera, melatih nafsu makan. Dan nafsu belanja dengan berbagai variasi, rasa dan harga.

Sangat rendah sekali kegiatan masyarakat kita yang datang secara beramai-ramai dan sukarela mengunjungi museum, sebagai pusat pelatihan untuk melatih pikiran. Melatih cara berfikir tentang masa lalu dan menjadi jembatan berfikir untuk masa depan.

Untuk itu, kunjungan ke museum harus menjadi tujuan utama generasi muda, generasi milenial sebagai salah satu pusat pembelajaran berbagai bidang ilmu dan prespektif untuk melihat Indonesia ke depan.

Bahkan di beberapa negara lain, konsep museum sudah berubah dan bermatamorfosis. Museum saat ini tidak lagi dibatasi oleh bangunan dan ruang.

Bahkan di ruang terbuka pun bisa jadi pusat informasi dan ilmu pengetahuan yang di tata sedemikian rupa, sehingga ia menarik dan menyenangkan sebagai sebuah museum.

Bahkan saat ini, kita juga bisa dan harus mempersiapkan museum yang berada bawah laut sebagai pusat warisan dunia keanekaragaman hayati laut, pusat ilmu pengetahuan dan arsip tentang siklus kehidupan komunitas bawah laut yang unik dan menarik.

Sebagai pusat arkeologi bawah laut dan pusat informasi tentang sejarah pelayaran komoditas rempah, emas dan migrasi perabadan budaya melayu (Minangkabau) serta penyebaran agama islam dalam berbagai aliran dan mazhab.

Selain itu museum bawah laut juga bisa dijadikan pusat pameran bawah laut. Dimana para pengunjung pemeran yang digelar dibawah laut, akan dibekali dengan peralatan scuba diving.

Salah satu daya tarik yang berbeda dan unik dan punya dampak dan nilai ekonomi bagi penggelola dan masyarakat sekitarnya.

Kedepan mungkin tahap pada awal pemerintahan Sumatera Barat dapat menyiapkan naskah akademik tentang Museum Bahari.

Dimana pantai barat Sumatera yang terpusat di Sumatera Tengah, punya cerita dan sejarah panjang yang bisa di ekspos dalam museum bahari. Sekurang-kurangnya Mini Museum Bahari Sumatera Barat.

Semoga terwujud, salam konservasi, mari terus dukung gerakan ke "Museum", dan lahirnya Museum Bahari Sumbar, dimana saja (Tabing, hd/UBH/07/02/2019).

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar