Skip to main content
Boy Yendra Tamin

follow us

Air Manis Dan Air Mata Penyu

Oleh : Harfiandri Damanhuri

Sea Turtle Information Centre of Indonesia (Setia) UBH, Padang

Di hari penyu se-dunia yang diperingati setiap  tanggal 23 Mei. pada peringatan hari penyu sedunia 2016, Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang melepaskan kembali para tukik (anak) penyu hijau (Chelonia mydas) sebanyak 100 ekor hasil inkubasi ek-situ di unit penangkaran selama lk 60 hari.

Kegiatan ini disemarakan oleh Komunitas HGC Kota Padang yang berjumlah lk 30 orang, bersama DKP Kota Padang, Puteri Pariwisata dan Puteri Bahari Kota Padang, Sekretaris Camat dan Babinsa Padang Selatan, Pusat Data dan Informasi Penyu Indonesia (Setia) Universitas Bung Hatta, Kantor Bea Cukai Teluk Bayur dan pengunjung lain yang antusias dan peduli terhadap biota penyu.

Semua ikut serta bersama-sama melepaskan, menghantarkan tukik penyu ke habitat alami melalui perjalanan jelajah samudera yang luar biasa. Dimulai dari pantai Wisata Legenda Malin Kundang, Air Manis, Kota Padang.

Kawasan lokasi Unit Penangkaran Penyu yang berada di Pantai Air Manis berjarak lk 12.50 km dari pusat Kota Padang, 2-3 m dpl. Unit ini merupakan salah satu sarana dan pendukung kegiatan. Setelah ditetapkannya Kawasan Konservasi “Taman Pulau-Pulau Kecil” Kota Padang. Sudah beroperasi sejak 2013 dan telah berhasil melepaskan kembali kehabitatnya di samudera yang luas sebanyak lk 10.000 ekor tukik penyu.


Kegiatan edukasi pelepasan tukik penyu ke habitat alami memberikan dampak signifikan terhadap mulai bertelurnya kembali induk penyu di salah sisi pantai berpasir Pulau Pisang Ketek yang luasnya 3.02 ha yang berada tidak jauh dari lokasi kawasan unit konservasi penyu tersebut.

Kehadiran kawasan penangkaran penyu di salah satu sisi bagian utara pantai ini, dikaitkan dengan rencana besar (grand design) Pemerintahan Kota Padang dalam mengembangan Kawasan Wisata Legenda Malin Kundang, Pantai Air Manis. Dalam upaya untuk dapat menarik dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun menca negara ke Sumatera Barat.

Kawasan yang strategis ini memiliki prospek yang baik kedepan. Karena adanya kisah pembelajaran yang sudah melengenda, mendunia dengan kisah “sedih” hubungan antara seorang ibu kandung dan anak laki-laki kandungnya Malin.

Malin adalah salah satu sebutan panggilan anak laki-laki di Minangkabau, yang dibesarkan dengan cara digendong (di-kundang ; kata sifat ; pekerjaan) oleh ibunya ke sana-sini dengan suara lirih dan melankolis sambil manjujai menyampaikan pesan tentang agama, budaya, adat dan alam sekitarnya kepada si Malin, dalam kandungan ibunya. Setelah dewasa dan tidak memblas guna di kutuk menjadi batu.

Walaupun kawasan wisata ini sudah sejak lama terkenal dan terus dilakukan upaya pengembangan dan pembenahan. Akan tetapi masih banyak menghadapi permasalahan dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi Wisata Legenda Malin Kundang Pantai Air Manis.


Masalah utama diantaranya terdapat dua bentuk uang pungutan masuk kawasan wisata legenda tersebut ; 1) uang masuk digerbang utama (Ada tiket resmi - dasarnya PERDAKO), dan 2) uang parkir Rp 5.000,- (buktinya ada, tercantum Badan Pengelola Objek Wisata - tidak ada Dasar Hukum-nya) dipungut menjelang masuk kawasan pantai.

Dimana-mana lokasi wisata pesisir pantai tidak pernah ada dua (2) kali bentuk pungutan. Uang masuk dan uang parkir yang dipungut kepada pengunjung kawasan berbeda orang/badan/lembaganya dari orang/badan/lembaga yang memungut biaya dipintu utama. Biasanya biaya masuk kawasan wisata satu paket. Bahkan dibeberapa lokasi pariwisata yang pernah penulis kunjungi malahan “bebas parkir”, asal tertib pada tempat yang sudah ditentukan.

Masalah lainnya di lokasi utama Kawasan Wisata Legenda Malin Kundang, Pantai Air Manis diantaranya ; tidak ada peta kawasan yang terpampang besar baik diluar maupun didalam kawasan wisata apalagi peta jalur evakuasi dan mitigasi bencana. Begitu juga dengan tanda-tanda petunjuk arah yang gampang dipahami dan dipedomani sambil berjalan ataupun pengunjung sedang berada di atas kendaraan. Yang ada hanyalah daftar pungutan untuk dapat masuk kawasan, biaya parkir dan info biaya masuk WC yang sederhana.

Sisi lain yang menjadi kendala klasik akan tetapi vital adalah infrastruktur menuju kawasan. Walaupun masalah ini sudah ditangani oleh beberapa pimpinan Pemdako sejak lama secara bergantian. Namun sampai saat ini belum tertangani dengan baik dan tuntas.

Kondisi infrastruktur menuju pantai Wisata Legenda Malin Kundang dengan jalan yang berliku dengan pendakian dan tanjakan yang cukup tajam. Hanya dapat di lalui oleh sepeda motor, mobil pribadi, mini bus kapasitas 15 - 18 penumpang, para peng-gowes ataupun para pecinta jalan santai.

Modal transportasi bus pariwisata ukuran besar dengan kapasitas 32 penumpang tidak dapat langsung menuju lokasi Wisata Legenda Malin Kundang Pantai Air Manis. Selain itu juga tidak tersedianya moda transportasi yang berukuran kecil yang dapat mengangkut para wisatawan langsung ke lokasi Pantai Air Manis, dari kawasan transit di Simpang Mata Air, jika dikembangkan.

Jika Simpang Mata Air ini ditata dan dibenahi sebagai kawasan transit, maka dengan sendirinya aktifitas disimpang Mata Air menuju ke Objek Wisata Legenda Pantai Air Manis akan menggeliat, hidup dan berkembang. Juga akan berdampak meningkatkan perekonomian dan kondisi sosial masyarakat disekitar kawasan simpang tersebut (multiplier effect).

Hal lain yang masih kita lihat sebagai masalah dikawasan Wisata Legenda Pantai Air Manis adalah “kebersihan kawasan”. Secara keseluruhan masih belum bersih layaknya sebuah objek wisata yang menjadi unggulan Kota Padang.

Keprihatinan lainnya dikawasan ini adalah belum tersedianya cenderamata spesifik yang akan dibawa pulang setelah tamu mengunjungi kawasan. Tidak adanya pusat informasi pariwisata. Tidak adanya peta kawasan (site). Tidak adanya plang/papan yang menceritakan secara singkat tentang histori Kawasan Legenda Malin Kundang. Serta masih mahalnya sebuah senyuman ramah dan melayani dari para pedagang yang menguasai kawasan pantai legenda tersebut.

Dari semua masalah dan kendala dikawasan Wisata Legenda Malin Kundang Pantai Air Manis tersebut, mengakibatkan para induk penyu dewasa-pun ikut menangis. Pada umumnya induk penyu akan mengeluarkan air matanya ketika bertelur di pantai peneluran Pulau Pisang Ketek. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar garam (salt) dalam tubuh induk penyu tersebut. Sehingga untuk dapat mengurangi konsentrasi kadar garam dalam tubuh induk penyu tersebut dikeluarkan melalui rembesan air mata penyu. Hal itu jelas terlihat ketika penyu bertelur dipantai peneluran.

Selain itu, air mata penyu juga berfungsi untuk membersihkan matanya dari butiran halus pasir pantai yang menempel pada mata induk penyu yang sibuk dan aktif ketika menggali sarang telur dan menutup sarang telurnya dengan tangkas dan cepat. Karena waktu yang yang dibutuhkan oleh seekor induk penyu sangat singkat, umumnya hanya berlangsung lk 2 jam.

Sehingga telur yang sudah dikeluarkan dan disimpan dalam pasir (inkubasi alami) pada kedalaman lk 60-90 cm, agar tidak mudah didapatkan oleh predator disekitar kawasan peneluran.

Seekor induk penyu betina juga memiliki keterbatasan penglihatan ketika naik ke pantai meneluran. Maka cahaya bulan, terutama pada bulan purnama (fullmoon) sangat membantu sebagai sumber cahaya menerangi kawasan pantai peneluran bagi para induk penyu yang hendak bertelur di kawasan pantai yang berpasir halus.

Bulan purnama juga mengakibatkan pasang akan naik. Atas bantuan dan dorongan oleh ombak ketika pasang tinggi yang dikenal dengan ombak katuang -dikalangan para pencari telur penyu. Pasang besar dapat mempercepat proses penyu untuk sampai di pantai lokasi peneluran yang diinginkan oleh induk penyu tersebut.

Pantai peneluran penyu yang terdapat dalam Taman Laut Pulau-Pulau Kecil Kota Padang seperti gugusan Pulau Pisang Ketek, Pulau Pisang Gadang, Pulau Bindalang, Pulau Toran, Pulau Sinyaru, Pulau Sirandah dan pulau kecil lainnya, serta peranan pantai Air Manis sebagai salah satu lokasi penangkaran penyu penting untuk dikunjungi dan didatangi.

Kita berhadap di dalam kawasan Taman Pulau-Pulau Kecil kita masih dapat menemukan induk penyu menangis, yang berasal dari tukik-tukik yang ditetaskan di unit penangkaran penyu di pantai Air Manis, Kawasan Wisata Legenda Malin Kundang, Kota Padang Tercinta saat ini sampai 20-30 tahun akan datang, salam konservasi (e-mail: d.harfiandri@yahoo.com, 02 Juni 2016).

Spesial Untuk Anda:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar